Sifat Gelombang Cahaya
Gelombang cahaya memiliki empat karakteristik utama, yaitu:Dispersi Cahaya
Dispersi merupakan pembiasan cahaya putih (cahaya polikromatik) menjadi komponennya yaitu cahaya monokromatik. Dispersi akan terjadi saat cahaya putih melewati medan pembias.Pelangi merupakan salah satu contoh dispersi cahaya yang dapat kita amati secara alami. Air hujan membiaskan cahaya matahari sehingga cahaya terdispersi menjadi berbagai cahaya tampak yang kita sebut sebagai pelangi.
Pembiasan Cahaya
Pembiasan
adalah peristiwa pembelokan arah rambat cahaya yang terjadi ketika
cahaya melewati bidang batas antara dua medium yang berbeda. Pembiasan
terjadi apabila sinar datang membentuk sudut tertentu cahaya datang
tidak tegaklurus terhadap bidang batas (sudut datang lebih kecil dari 90O) terhadap bidang batas.
Cahaya adalah gelombang elektromagnetik yang merambat lurus ke segala arah dengan kecepatan 3 x 108 m/s dan mempunyai panjang gelombang sekitar 380–750 nm. Pada bidang fisika, cahaya adalah paket partikel yang disebut foton.
Jadi,
Pembiasan cahaya adalah pembelokan cahaya ketika berkas cahaya melewati
bidang batas dua medium yang berbeda indeks biasnya. Indeks bias mutlak
suatu bahan ialah perbandingan kecepatan cahaya di ruang hampa dengan
kecepatan cahaya di bahan tersebut. Indeks bias relatif merupakan
perbandingan indeks bias dua medium berbeda.
Indeks
bias relatif medium kedua terhadap medium pertama ialah perbandingan
indeks bias antara medium kedua dengan indeks bias medium pertama.
Pembiasan cahaya menyebabkan kedalaman semu dan pemantulan sempurna.
Arah Pembiasan Cahaya
Arah pembiasan cahaya dibedakan menjadi dua macam yaitu :
- Mendekati garis normal
Cahaya
akan dibiaskan mendekati garis normal jika cahaya merambat dari medium
optik kurang rapat ke medium optik lebih rapat, contohnya cahaya
merambat dari udara ke dalam air.
- Menjauhi garis normal
Cahaya
dibiaskan menjauhi garis normal jika cahaya merambat dari medium optik
lebih rapat ke medium optik kurang rapat, contohnya cahaya merambat
dari dalam air ke udara atau dari kaca ke udara. Pembiasan cahayanya
tampak seperti gambar di bawah ini
Indeks Bias Cahaya
Pembiasan
cahaya dapat terjadi dikarenakan perbedaan laju cahaya pada kedua
medium. Laju cahaya pada medium yang rapat lebih kecil dibandingkan
dengan laju cahaya pada medium yang kurang rapat. Menurut Christian
Huygens (1629-1695) : “Perbandingan laju cahaya dalam ruang hampa dengan laju cahaya dalam suatu zat dinamakan indeks bias.”
Secara matematis dapat dirumuskan :
dimana :
- n = indeks bias
- c = laju cahaya dalam ruang hampa
( 3 x 108 m/s)
- v = laju cahaya dalam zat
- Indeks bias tidak pernah lebih kecil dari 1 (artinya, n ³1), dan nilainya untuk beberapa zat ditampilkan pada tabel disamping.
Hukum Pembiasan Cahaya
Pada
sekitar tahun 1621, ilmuwan Belanda bernama Willebrord Snell melakukan
eksperimen untuk mencari hubungan antara sudut datang dengan sudut bias.
Hasil eksperimen ini dikenal dengan nama hukum Snell yang berbunyi :
- Sinar datang, garis normal, dan sinar bias terletak pada satu bidang datar.
- Hasil bagi sinus sudut datang dengan sinus sudut bias merupakan bilangan tetap (disebut indeks bias).
Secara matematis, hasil bagi sudut datang dan sudut bias dinyatakan sebagai :
i = sudut datang ; r = sudut bias
Pembiasan Cahaya Pada Prisma, Contoh Soal dan Pembahasan
Dalam artikel sebelumnya, telah dibahas mengenai konsep pembiasan cahaya pada kaca plan paralel.
Kaca plan paralel adalah benda bening berupa sekeping kaca yang kedua
sisi panjangnya dibuat sejajar. Nah pada kesempatan kita akan membahas
peristiwa pembiasan cahaya pada benda bening lainnya, yaitu prisma. Lalu
tahukah kalian apa itu prisma? Bagaimana lukisan jalannya sinar datang
dan sinar bias ketika melewati prisma? Apakah sama dengan kaca plan
paralel? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, simak penjelasan berikut
ini.
Prisma adalah benda yang terbuat dari gelas tembus cahaya
(transparan) yang kedua sisinya dibatasi bidang permukaan yang
membentuk sudut tertentu satu sama lain. Karena membentuk sudut
tertentu, maka dua bidang pembatas tersebut saling berpotongan (tidak
sejajar). Dengan demikian, Prisma merupakan kebalikan dari kaca plan
pararel. Kalau kaca plan paralel dua bidang pembatasnya sejajar
sedangkan pada prisma dua bidang pembatasnya tidak sejajar.
Sudut yang dibentuk oleh dua permukaan prisma yang saling berpotongan tersebut dinamakan sudut pembias yang disimbolkan dengan β
(baca: beta). Bidang permukaan prisma berfungsi sebagai bidang pembias.
Coba kalian perhatikan lukisan jalannya sinar yang melewati sebuah
prisma pada gambar berikut.
Seberkas cahaya datang dari
udara menuju bidang permukaan prisma akan dibiaskan mendekati garis
normal. Kemudian, ketika cahaya meninggalkan prisma menuju udara, cahaya
tersebut akan dibiaskan menjauhi garis normal. Setelah melewati bidang
prisma, cahaya tersebut mengalami deviasi (penyimpangan). Besarnya
penyimpangan tersebut dinyatakan dalam sudut deviasi yang disimbolkan
dengan δ (baca: delta). Besarnya sudut deviasi yang dialami cahaya dapat ditentukan dengan cara berikut.
Jika suatu berkas sinar PQ datang pada salah satu sisi prisma yang sudut pembiasnya β,
maka oleh prisma sinar ini dibiaskan mendekati garis normal menjadi
sinar QR, kemudian sinar keluar lagi dari sisi prisma yang lain menjadi
sinar RS dibiaskan menjauhi garis normal. Dari lukisan jalannya sinar di
atas, ternyata sinar datang PQ dengan sinar keluar RS, perpotongan
perpanjangan kedua sinar tersebut membentuk sudut yang disebut sudut deviasi.
Nah, berdasarkan lukisan di atas, kita dapat menurunkan rumus untuk menghitung besar sudut pembias prisma (β) dan sudut deviasi (δ). Caranya adalah sebagai berikut.
Menentukan Rumus Sudut Pembias Prisma
Perhatikan ∆QRT.
∠TRQ = r2 – i2 dan ∠TQR = i1 – r1
∠QTR = 180° − ∠TQR − ∠TRQ
Perhatikan ∆BQR.
∠BQR = 90° − r1
∠BRQ = 90° − i2
∠QBR = 180° − ∠BQR − ∠BRQ
⇒ ∠QBR = 180° − (90° − r1) – (90° − i2)
⇒ ∠QBR = 180° − (90° − r1) – (90° − i2)
⇒ ∠QBR = r1 + i2
Karena ∠QBR = β, maka rumus untuk menentukan besar sudut pembias prisma adalah sebagai berikut.
β = r1 + i2
|
Keterangan:
β = sudut pembias prisma
r1 = sudut bias dari sinar masuk
i2 = sudut datang sinar keluar
Menentukan Rumus Sudut Deviasi
Perhatikan ∆QTR.
∠QTR + ∠TRQ + ∠TQR = 180° maka:
∠QTR = 180° − (∠TRQ + ∠TQR)
Karena ∠QTR dan δ saling berpelurus, maka:
∠QTR + δ = 180°
δ = 180° − ∠QTR
⇒ δ = 180° − [180° − (∠TRQ + ∠TQR)]
⇒ δ = ∠TRQ + ∠TQR
⇒ δ = ( r2 – i2) + (i1 – r1)
⇒ δ = i1 + r2 − r1 − i2
⇒ δ = (i1 + r2) – (r1 + i2)
Karena r1 + i2 = β, maka
δ = i1 + r2 – β
Dengan demikian, rumus untuk menghitung besar sudut deviasi cahaya pada pembiasan prisma adalah sebagai berikut.
δ = i1 + r2 – β
|
Keterangan:
δ = sudut deviasi
i1 = sudut datang sinar masuk
r2 = sudut bias dari sinar keluar
β = sudut pembias prisma
Interferensi Cahaya
Interferensi cahaya merupakan penjumlahan superposisi dua gelombang cahaya atau lebih yang dapat menimbulkan terbentuknya gelombang lain.Interferensi cahaya pada celah ganda terjadi karena adanya beda fase cahaya dari cahaya yang melalui kedua celah tersebut. Ketika sebuah sumber cahaya yang sama persis frekeuensi dan panjang gelombangnya melewati dua buah celah, maka akan terjadi superposisi yang menyebabkan munculnya garis-garis gelap dan terang pada layar.
Karena superposisi gelombangnya memiliki sudut interferensi, persamaannya dapat ditulis sebagai:
Untuk pita terang:
d = jarak antar celah (m)
θ = sudut interferensi
m = orde (0,1,2,…)
𝜆 = panjang gelombang (m)
y = jarak pita orde-m ke terang pusat (m)
l = jarak celah ke layar (m)
Difraksi Cahaya
Difraksi merupakan pelenturan cahaya saat cahaya melalui celah sehingga cahaya akan terpecah-pecah menjadi bagian-bagian yang lebih kecil dan memiliki sifat cahaya yang baru.Difraksi Celah Tunggal:
Saat cahaya melalui celah yang sangat kecil maka dapat terjadi peristiwa terbentuknya pita gelap dan terang yang disebut sebagai difraksi celah tunggal. Setelah cahaya melalui celah tersebut, terbentuklah cahaya baru (dengan menganggap celah sebagai sumber cahaya baru) yang menyebar ke segala arah.Pada difraksi celah tunggal, pita terang akan menutup satu orde-m. Maka persamaannya menjadi:
Untuk pita terang:
Difraksi pada kisi (Celah Banyak)
Jika sebuah cahaya monokromatis dilewatkan pada lempeng kisi atau celah banyak, maka akan terbentuk pola difraksi berupa pola gelap dan terang pada layar. Kisi adalah susunan celah yang sejajar dan memiliki ukuran yang sama, dan dapat dibuat dengan cara membuat goresan-goresan pada lempeng kaca atau logam menggunakan ujung intan.Hubungan antara banyaknya celah dengan jarak antar celah dirumuskan sebagai:
Pada difraksi celah banyak, pola terang dan gelang sama dengan Interferensi.
Untuk pita terang:
Polarisasi Cahaya
Sebagai gelombang transversal, cahaya
dapat mengalami polarisasi. Polarisasi cahaya dapat disebabkan oleh
empat cara, yaitu refleksi (pemantulan), absorbsi (penyerapan),
pembiasan (refraksi) ganda dan hamburan.
1. Polarisasi karena refleksi
Pemantulan akan menghasilkan cahaya terpolarisasi jika sinar pantul dan sinar biasnya membentuk sudut 90o.
Arah getar sinar pantul yang terpolarisasi akan sejajar dengan bidang
pantul. Oleh karena itu sinar pantul tegak lurus sinar bias, berlaku ip + r = 90° atau r = 90° – ip . Dengan demikian, berlaku pula
Jadi, diperoleh persamaan
Dengan n2 adalah indeks bias medium tempat cahaya datang n1 adalah medium tempat cahaya terbiaskan, sedangkan ip adalah sudut pantul yang merupakan sudut terpolarisasi. Persamaan di atas merupakan bentuk matematis dari Hukum Brewster.
2. Polarisasi karena absorbsi selektif
Polarisasi jenis ini dapat terjadi dengan
bantuan kristal polaroid. Bahan polaroid bersifat meneruskan cahaya
dengan arah getar tertentu dan menyerap cahaya dengan arah getar yang
lain. Cahaya yang diteruskan adalah cahaya yang arah getarnya sejajar
dengan sumbu polarisasi polaroid.
Seberkas cahaya alami menuju ke
polarisator. Di sini cahaya dipolarisasi secara vertikal yaitu hanya
komponen medan listrik E yang sejajar sumbu transmisi. Selanjutnya
cahaya terpolarisasi menuju analisator. Di analisator, semua komponen E
yang tegak lurus sumbu transmisi analisator diserap, hanya komponen E
yang sejajar sumbu analisator diteruskan. Sehingga kuat medan listrik
yang diteruskan analisator menjadi:
E2 = E cos θ
Jika cahaya alami tidak terpolarisasi yang jatuh pada polaroid pertama (polarisator) memiliki intensitas I0, maka cahaya terpolarisasi yang melewati polarisator adalah:
I1 = ½ I0
Cahaya dengan intensitas I1 ini kemudian menuju analisator dan akan keluar dengan intensitas menjadi:
I2 = I1 cos2θ = ½ I0 cos2θ3. Polarisasi karena pembiasan ganda
Jika berkas kaca dilewatkan pada kaca,
kelajuan cahaya yang keluar akan sama ke segala arah. Hal ini karena
kaca bersifat homogen, indeks biasnya hanya memiliki satu nilai. Namun,
pada bahan-bahan kristal tertentu misalnya kalsit dan kuarsa, kelajuan
cahaya di dalamnya tidak seragam karena bahan-bahan itu memiliki dua
nilai indeks bias (birefringence).
Cahaya yang melalui bahan dengan indeks
bias ganda akan mengalami pembiasan dalam dua arah yang berbeda.
Sebagian berkas akan memenuhi hukum Snellius (disebut berkas sinar
biasa), sedangkan sebagian yang lain tidak memenuhi hukum Snellius
(disebut berkas sinar istimewa).
4. Polarisasi karena hamburan
Jika cahaya dilewatkan pada suatu medium,
partikel-partikel medium akan menyerap dan memancarkan kembali sebagian
cahaya itu. Penyerapan dan pemancaran kembali cahaya oleh
partikel-partikel medium ini dikenal sebagai fenomena hamburan.
Pada peristiwa hamburan, cahaya yang
panjang gelombangnya lebih pendek cenderung mengalami hamburan dengan
intensitas yang besar. Hamburan ini dapat diamati pada warna biru yang
ada di langit kita.
Sebelum sampai ke bumi, cahaya matahari
telah melalui partikel-partikel udara di atmosfer sehingga mengalami
hamburan oleh partikel-partikel di atmosfer itu. Oleh karena cahaya biru
memiliki panjang gelombang lebih pendek daripada cahaya merah, maka
cahaya itulah yang lebih banyak dihamburkan dan warna itulah yang sampai
ke mata kita.
Contoh Soal Gelombang Cahaya dan Pembahasan
Seberkas cahaya monokromatik dengan panjang gelombang 500 nm tegak lurus pada kisi difraksi. Jika kisi memiliki 400 garis tiap cm sudut deviasi sinar 300, maka banyaknya garis terang pada layar adalah…A. 24
B. 25
C. 26
D. 50
E. 51
Pembahasan:
Dari soal, diketahui:
m = 25 + 25 + 1
m = 51
Jadi, jawaban yang benar adalah ETUGAS DI RUMAH
Silahkan download tugas di link berikut ini :Tugas Gelombang Cahaya 1
Silahkan kerjakan tugasnya seperti biasa di buku atau kertas selembar (jangan hilang-untuk bukti fisik). Setelah itu kalian foto (perhatikan bisa terbaca atau tidak) dan langsung satukan saja di :
https://jpg2pdf.com/ ( tidak usah dikecilkan terlebih dahulu)
Jangan lupa diberi nama di kertas dan file nya dengan nama dan kelas kamu
Format nama file : tugas gelombang cahaya (nama) (kelas)
contoh : tugas gelombang cahaya Abi XI IPA 1,pdf
untuk lebih jelasnya silahkan lihat caranya di :
Cara Ngumpulin Tugas Terbaru
Tugasnya dikumpulkan di google clssroom ya anak-anak. terimakasih...
sumber :
https://www.studiobelajar.com/gelombang-cahaya/
https://www.fisikabc.com/2017/11/pembiasan-cahaya-pada-prisma.html
https://fisikamemangasyik.wordpress.com/fisika-3/optik-fisis/a-polarisasi-cahaya/
https://www.dosenpendidikan.co.id/pembiasan-cahaya/